Trump Tegaskan Kebijakan Tarif Balas Dendam Tanpa Pengecualian, Memicu Kekhawatiran Ekonomi Global - Telusur

Trump Tegaskan Kebijakan Tarif Balas Dendam Tanpa Pengecualian, Memicu Kekhawatiran Ekonomi Global

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

telusur.co.id - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menegaskan bahwa kebijakan tarif balas dendam yang direncanakannya akan berlaku untuk semua negara tanpa terkecuali. Pernyataan ini disampaikan Trump pada wartawan di Air Force One pada Minggu malam, hanya beberapa hari sebelum kebijakan tersebut resmi diluncurkan pada Rabu, 2 April 2025.

"Akan dimulai dengan semua negara. Jadi, mari kita lihat apa yang terjadi. Ada banyak negara," kata Trump, mengutip dari CNBC Internasional, pada Selasa (1/4/2025).

Trump menegaskan bahwa kebijakan tarif yang akan diterapkan tidak akan ada batasan negara. "Tidak ada batasnya," ujarnya dengan tegas, membantah spekulasi yang berkembang bahwa kebijakan tarif ini hanya akan menargetkan sejumlah negara tertentu.

Menanggapi pertanyaan wartawan yang menyebutkan bahwa kebijakan ini mungkin hanya berlaku untuk 10 atau 15 negara, Trump dengan tegas menjawab, "Siapa yang memberi tahu Anda 10 atau 15 negara? Anda tidak mendengarnya dari saya."

Pernyataan Trump ini muncul di tengah ketidakpastian global mengenai dampak ekonomi dari kebijakan tarif baru yang luas ini. Sejumlah pejabat pemerintahan sebelumnya sempat mengindikasikan bahwa tarif ini akan lebih fokus pada negara-negara dengan ketidakseimbangan perdagangan besar dengan AS. Menteri Keuangan Scott Bessent, dalam wawancaranya dengan Fox Business, bahkan menyebutkan kelompok negara-negara yang dijuluki "Dirty 15" sebagai target utama. Selain itu, Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Kevin Hassett, juga mengungkapkan bahwa sekitar 10 hingga 15 negara menyumbang sebagian besar defisit perdagangan AS.

Namun, pernyataan terbaru Trump menunjukkan bahwa cakupan tarif ini jauh lebih luas dari yang diperkirakan. Ketidakjelasan ini telah memicu ketidakpastian di pasar global. Pada perdagangan Senin pagi, ketiga indeks utama Wall Street mengalami penurunan tajam, meskipun Dow Jones dan S&P 500 berhasil berbalik positif pada sesi sore.

Kekhawatiran mengenai dampak ekonomi dari kebijakan ini semakin menguat, dengan beberapa ekonom memperingatkan bahwa tarif yang agresif bisa memperburuk inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Goldman Sachs, dalam catatan kepada kliennya, menyatakan bahwa kebijakan ini dapat memperburuk inflasi dan memengaruhi pemulihan ekonomi yang rapuh.

Survei CNBC terhadap 14 ekonom juga menunjukkan banyak yang khawatir kebijakan tarif Trump bisa menciptakan lingkungan stagflasi, yaitu situasi ekonomi di mana inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi melambat secara bersamaan.

Namun, meski kritik dan kekhawatiran terus berdatangan, Gedung Putih tetap optimistis. Trump menggambarkan kebijakan tarif ini sebagai bagian dari "transformasi ekonomi" yang sedang berlangsung di Amerika Serikat.

"Sungguh indah untuk disaksikan!" tulis Trump dalam unggahannya di Truth Social pada Senin, sembari merujuk pada berbagai janji investasi yang diumumkan oleh perusahaan-perusahaan swasta.[iis]


Tinggalkan Komentar