telusur.co.id - Wakil Sekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem menyatakan bahwa perang 11 hari atau disebut “Perang Pedang Quds” antara para pejuang Gaza dan Rezim Zionis Israel pada bulan Mei 2021 telah membuahkan persatuan kelompok-kelompok pejuang perlawanan anti-Amerika Serikat (AS) dan Israel.
“Salah satu hasil perlawanan di Libanon ialah pembebasan yang terjadi pada tahun 2000 serta kebangkitan bangsa Palestina setelah melihat saudara-saudaranya (di Libanon) berhasil mewujudkan kemenangan atas musuh, Israel, meski dengan fasilitas seadanya,” ungkap Qassem saat menerima kunjungan sebuah delegasi Arab, seperti dilaporkan Televisi Al-Manar Jumat (11/6/21).
Dia menambahkan, sejak intifada, bangsa Palestina bergerak sampai sekarang serta menghimpun kekuatan dan mencetak kemenangan demi kemenangan.
"Berkat perlawanan, juga terjadi kebangkitan di tengah masyarakat Arab. Libanon yang lemah berubah menjadi kuat. Sebelum itu, siapa membayangkan Libanon yang kecil dan dengan fasilitas seadanya dapat berubah menjadi krisis bagi entitas Israel dan diperhitungkan olehnya?” ungkapnya.
Syeikh Naim Qassem menjelaskan, semua ini adalah berkat perlawanan, kekuatan yang dihimpunnya, dan keberhasilannya mencegah musuh.
"Salah satu hasil perlawanan ialah apa yang telah kita lihat dalam Perang Pedang Quds yang telah membuahkan titik balik sesungguhnya di Palestina, yang akan menelorkan pengaruhnya di masa mendatang,” tuturnya.
Dia mengatakan, Perang Pedang Quds juga membuahkan persatuan pejuang perlawanan di sepanjang wilayah Palestina, karena semua orang menekankan bahwa perlawanan adalah solusi.
"Perlawanan Palestina telah membuktikan ketercegahan musuh, dan tidaklah mudah pemerintah Israel mengambil keputusan untuk menunda parade bendera,” pungkasnya. [Tp]



