telusur.co.id - Republik Islam Iran mengaku tak berharap perubahan apapun mengenai perseteruannya dengan Israel setelah Naftali Bennett dilantik menjadi perdana menteri baru rezim Zionis tersebut.
“Kebijakan Rezim Zionis tak akan pernah berubah, siapapun yang tampil jadi pemimpin,” kata juru bicara Kemenlu Iran Saeed Khatibzadeh dalam jumpa pers mingguan, Senin (14/6/21).
Seperti dilaporkan Raialyoum, Selasa (15/6/21) Khatibzadeh juga memastikan negaranya menyambut baik dialog dengan negara-negara tetangganya, tak terkecuali Arab Saudi.
Sebelumnya, Bennett mengumumkan penolakannya terhadap upaya pemulihan perjanjian nuklir Iran dengan sejumlah negara, penolakan yang juga berulangkali ditegaskan oleh pendahulunya, Benjamin Netanyahu.
Bennett juga bersesumbar bahwa Israel di bawah kendali pemerintahannya tak akan pernah membiarkan Iran mengembangkan senjata nuklir.
Pada awal bulan ini Menlu Iran Mohammad Javad Zarif menyebut Netanyahu sebagai orang yang menyusul mantan presiden AS Donald Trump di “keranjang sampah sejarah”.
Dalam pernyataan terbaru di Twitter, Senin (14/6/21), Zarif menyebut Rezim Zionis sebagai entitas yang tak akan bertahan lama karena terbangun di atas agresi dan pendudukan.
“Setelah sekian lama memerangi dan mengagresi orang-orang Palestina dan mengancam Republik Islam Iran, si zalim (Netanyahu) itu jatuh, sementara Gaza tetap bertahan solid membawa bendera kemenangan, dan Iranpun melanjutkan perjalanannya menuju kajayaan dan kemuliaan,” cuitnya.
Menyindir Benneth, Zarif menyatakan, “Orang-orang yang mungkin akan menempati posisinya dapat memetik pelajaran bahwa rezim yang berdiri di atas agresi dan pendudukan tidak akan berumur panjang.” [Tp]



