Penghentian Peragaan Gajah Tunggang di Lembaga Konservasi - Telusur

Penghentian Peragaan Gajah Tunggang di Lembaga Konservasi

Seekor gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) sedang meragut di hutan. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

telusur.co.idOleh : Singky Soewadji

Surat edaran dari Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Nomer 6 Tahun 2025 di tanda tangani oleh Dirjen KSDAE Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc. tertanggal 18 Desember 2025 merupakan kabar baik bagi dunia konservasi, khususnya bagi para pemerhati dan pecinta Gajah.

Kementerian Kehutanan (Kemenhut) resmi melarang Gajah di tunggangi di Lembaga Konservasi atau Kebun Binatang

Bagaimana pelaksaaannya, tergantung Balai dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam di lapangan.

Saat ini jumlah Gajah di Lembaga Konservasi terbanyak berada di Pulau Bali dan Taman Safari Indonesia (TSI) yang jumlahnya mencapai ratusan individu.

Keberadaannya murni untuk tujuan tuggang komersial, dengan adanya larangan ini, merupakan berita baik, namun apakah hanya untuk meredam tekanan publik ke Kementerian akibat bencana di Sumatera?

Apakah ini solusi terhadap kesejahteraan Gajah? Kemudian bagaimana dengan nasib Gajah yang sepanjang hari dirantai ? Terparah ada di Kebun Binatang Surabaya (KBS) dan Semarang Zoo.

Jangan sampai ini hanya karena partai menterinya tidak mau di katakan netezen ditunggangi, biar sakral simbol partainya.

Bagaimana pula kesejahteraan Gajah di alam yang sering mati dibunuh, diracun dan disetrum? Tahun 2025 ini terpantau ada 12 individu Gajah Mati dibunuh.

Sudah dipikirkankah kalau Gajah yang konon dipinjamkan Oligarki atas nama pemerintah tersebut ke LK seperti dari Taman Safari Indonesia ke Australia, siapa yang kontrol? Kapan dikembalikan ke Indonesia?

Semoga surat edaran ini bukan sekedar hinbauan belaka, dan yang menarik surat ini juga ditujukan langsung kepada pimpinan/direktur Lembaga Konservasi, tidak diberikan dan tanpa melalui Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia (PKBSI).

Rupanya Kemenhut menyadari bahwa, PKBSI mandul, sekarang hanya menjadi Perkumpulan Kebo Bego Se Indonesia.

Ketua Umum PKBSI yang pertama adalah Harsono Radjak Mangunsudarso (alm) periode tahun 1969-1984.

Pada pelaksanaan Munas PKBSI X dengan tuan rumah Kebun Binatang Surabaya yang diselenggarakan pada tanggal 18-20 September 2005 di Surabaya terpilih sebagai Ketua Umum PKBSI yang keempat DR. H. Rahmat Shah (Taman Hewan Pematang Siantar) dan Tony Sumampau (Taman Safari Indonesia) sebagai Sekjen hingga sekarang (selama 20 tahun).

Fungsi sebenarnya organisasi PKBSI baik ke dalam maupun ke luar organisasi merupakan hubungan yang utuh, dimana organisasi selalu membina dan memberikan pengayoman kepada seluruh anggotanya secara terus menerus.
 
Maksud dan tujuan organisasi, mempererat hubungan dan kerjasama antar pengelola perkebun binatangan di Indonesia maupun di luar negeri.

Mewujudkan pengelolaan kebun binatang secara profesional dalam kegiatan konservasi, pengembang biakan dan penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam usaha perlindungan dan pelestarian alam, melalui penggalangan sumberdaya masyarakat dan kemitraan dengan Pemerintah dan para pihak.

Berperan serta dalam upaya konservasi dan mencegah kepunahan jenis–jenis satwa asli Indonesia khususnya, maupun satwa bukan asli Indonesia di habitat aslinya.

Namun dua dasa warsa duet  kepemimpinan Rahmat Shah dengan Tony Sumampau menghasilkan :

Runtuhnya tiga Kebun Binatang tertua di Indonesia.

Kebun Binatang Surabaya (KBS), terjadi penjarahan 420 ekor satwa KBS yang di bagikan ke enam Lembaga konservasi termasuk ke TSI Prigen.

170 satwa ke Taman Hewan Siantar yang di kelolah oleh Rahmat Shah Ketum PKBSI yang menjabat selama dua dasa warsa duet denga Tony Sumampau sebagai Sekjen.
(Rekam jejak Kasus Penjarahan 420 Satwa KBS bisa di telusuri melalui Google)

Kebun Binatang di Solo, setelah mengalami revitalisasi, pada tahun 2022/2023, TSTJ berganti nama menjadi Solo Safari dan hingga hari ini Pemda Solo belum mendapatkan hasil bahkan mulai terjadi perselisihan (Beritanya bisa ditelusuri melalui Google).

Terakhir Kebun Binatang Bandung yang hingga hari ini tidak bisa beroperasional, beritanya juga bisa ditelusuri melalui Google.

Tahun 2019 Empat Ekor Gajah (Elephas Maximus) asal Indonesia, Taman Safari Indinesia (TSI) "Dipinjam" Australia (bisa telusuri di Google).

Kita tunggu kesungguhan Kemenhut dalam perannya menyelamatkan dan melindungi Gajah yang menjadi simbol partai menteri Kehutanan Raja Juli Antoni.

*Penulis adalah Pemerhati Satwa Liar dan Koordinator Aliansi Pecinta Satwa Liar Indonesia (APECSI).


Tinggalkan Komentar