Good Bye, Ponsel Lawas Blackberry Resmi Disuntik Mati oleh OS - Telusur

Good Bye, Ponsel Lawas Blackberry Resmi Disuntik Mati oleh OS


telusur.co.id - Blackberry (BB) secara resmi menutup layanan ponselnya yang menggunakan perangkat lunak versi lama.

Dikenal sebagai ponsel keyboard QWERTY yang pernah berjaya di masanya, Blackberry menghentikan fungsi-fungsi utama, seperti data internet, panggilan telepon, SMS dan memanggil nomor darurat 911 sekalipun.

“Mulai 4 Januari ponsel yang menjalankan perangkat lunak BlackBerry 10 dan BlackBerry 7.1 atau sebelumnya, tidak lagi berfungsi di jaringan operator atau melalui Wi-Fi," kata BlackBerry, dikutip dari situs Gadgets.ndtv, Rabu (5/1/22).

Dari pantauan, harga saham BlackBerry turun 0,43% ke level USD9,33 pada penutupan perdagangan Selasa waktu setempat. Sebelumnya, harga saham BlackBerry dibuka di level USD9,33, dengan level tertinggi USD9,49 dan level terendah USD9,12. 

BlackBerry menyatakan alasan menghentikan sistem operasi karena mereka ingin memberikan layanan keamanan intelijen perangkat lunak bagi pelanggan perusahaan dan pemerintahan.

Saham BlackBerry memang mengalami tren penurunan. Jika ditarik selama enam bulan terakhir saham BlackBerry turun 22,7%. Sementara itu, saat ini market cap BlackBerry mencapai USD5,34 miliar.

Sebelum banyak orang yang menggunakan Line, WhatsApp, dan Telegram, aplikasi pesan BlackBerry Messenger pernah menjadi media sosial yang paling banyak digunakan. BBM digunakan sebagai alat komunikasi hingga berbagi cerita viral. 

Untuk menambahkan teman, pengguna hanya membutuhkan pin BBM. Ada delapan digit, itu adalah kunci mengobrol dengan siapa pun. Jika Anda tidak banyak memberikan pin secara langsung, Anda dapat meminta teman Anda untuk menyiarkan pin Anda ke semua kontak mereka.

Salah satu contoh paling mencolok adalah kurangnya inovasi BlackBerry pada teknologi layar sentuh. BlackBerry memang punya BB Storm yang didukung layar sentuh, namun saat itu pengguna lebih senang dengan keyboard fisik.

BlackBerry pun keras kepala dan menganggap layar sentuh tidak diperlukan. Padahal saat itu perangkat Apple dan Android hadir dengan layar sentuh yang lebih mainstream.

Laporan: Muhammad Syahrul Ramadhan


Tinggalkan Komentar