telusur.co.id - Dalam pidatonya yang penuh semangat pada pertemuan puncak Uni Parlementer Negara-negara Anggota OKI (PUIC) ke-19 di Jakarta, Rabu lalu, Ketua Parlemen Iran Mohammad Baqer Qalibaf menyerukan respons tegas dan bersatu dari negara-negara Islam terhadap tindakan Israel di Gaza. Ia mendesak diterapkannya sanksi politik, ekonomi, dan militer secara serempak untuk menghentikan pengepungan yang terus berlangsung dan merespons dugaan kejahatan yang dilakukan oleh rezim Tel Aviv.
“Sudah saatnya dunia Islam mengambil keputusan kolektif dan berani untuk mengakhiri blokade ini,” tegas Qalibaf. Ia menyoroti bahwa dunia internasional tak lagi bisa tinggal diam menghadapi apa yang ia sebut sebagai kejahatan perang, genosida, dan apartheid.
Ia juga mendesak negara-negara Muslim untuk secara resmi mengakui pelanggaran HAM oleh Israel dan mendorong agar para pemimpinnya diadili di forum hukum internasional. “Kita membutuhkan tekanan terkoordinasi dari dunia Islam agar agresi ini tidak dibiarkan terus berlangsung,” imbuhnya.
Kecaman terhadap Trump dan Pujian terhadap Perlawanan Palestina
Qalibaf juga melontarkan kritik tajam terhadap pernyataan mantan Presiden AS Donald Trump, yang ia anggap “penuh delusi,” serta menegaskan kembali komitmen Iran untuk menentang agresi Zionis dan campur tangan asing di kawasan.
“Trump masih tersesat dalam delusinya,” kata Qalibaf. “Ia harus menyadari bahwa gerakan Perlawanan tidak hanya bertahan, tapi juga tumbuh dan mengakar kuat di hati rakyat di seluruh kawasan.”
Ia menyoroti keteguhan rakyat Palestina yang tetap mendukung gerakan perlawanan, meski dihantam pemboman brutal selama lebih dari satu setengah tahun. Bahkan, Qalibaf menyebut hasil pemilu lokal di Lebanon sebagai bukti bahwa rakyat di kawasan ini telah “memilih jalan perlawanan,” meskipun dibayangi tekanan ekonomi dan politik yang berat.
Penegasan Sikap Iran: Tolak Senjata Nuklir, Pilih Dialog
Di hadapan para delegasi, Qalibaf juga menegaskan sikap Iran terkait senjata nuklir. Ia menepis tuduhan bahwa Teheran mengejar senjata pemusnah massal, sembari menegaskan komitmen negaranya pada perdamaian regional melalui dialog dan kerja sama.
“Iran tidak menginginkan perang, tetapi kami juga tidak akan tunduk pada tekanan,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa strategi tekanan maksimum AS terhadap Iran telah gagal, dan bahwa “pesan perlawanan Revolusi Islam kini bahkan telah menggema di universitas-universitas Amerika,” merujuk pada aksi solidaritas mahasiswa AS terhadap Palestina.
Kerja Sama Iran-Saudi Kunci Stabilitas Dunia Islam
Momentum penting dalam konferensi ini juga terlihat dari pertemuan bilateral antara Qalibaf dan Ketua Dewan Syura Arab Saudi, Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Al Al-Sheikh. Keduanya sepakat bahwa kerja sama antara Teheran dan Riyadh memainkan peran strategis dalam mengatasi krisis di Palestina.
“Saluran komunikasi telah dibuka kembali, dan kini saatnya kita manfaatkan untuk menjawab tantangan-tantangan besar di dunia Islam,” kata Qalibaf. Ia juga mengapresiasi peran Arab Saudi dalam penyelenggaraan ibadah haji, serta menyerukan perluasan hubungan di berbagai bidang—politik, budaya, hingga ekonomi.
Ketua Parlemen Saudi, dalam nada serupa, menyebut situasi di Gaza sebagai “luka yang menyayat hati seluruh dunia Islam.” Ia menekankan bahwa penderitaan rakyat Palestina adalah ujian kemanusiaan yang memerlukan solidaritas sejati dari semua negara Muslim.
Menyatukan Dunia Islam Lewat Diplomasi Parlemen
Tak hanya dengan Arab Saudi, Qalibaf juga melakukan pertemuan penting dengan Ketua Parlemen Aljazair, Ibrahim Boughali, serta Ketua Parlemen Oman, Khalid bin Hilal bin Nasser Al-Maawali. Pertemuan ini membahas penguatan kerja sama antarparlemen, dukungan terhadap perjuangan Palestina, serta perlunya membangun kesatuan dalam tubuh dunia Islam.
Konferensi PUIC ke-19 yang digelar di Jakarta dari 11 hingga 14 Mei ini sekaligus menjadi ajang peringatan 25 tahun berdirinya organisasi. Mengusung tema “Tata Kelola yang Baik dan Lembaga yang Kuat sebagai Pilar Ketahanan,” pertemuan ini menjadi forum strategis bagi 38 negara anggota untuk mendorong solusi kolektif atas konflik Gaza dan mempererat kerja sama antarnegara Muslim di tengah tantangan global.