telusur.co.id - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, mengungkapkan bahwa kontestasi di tahun politik 2024 akan memunculkan potensi ketegangan di tengah dan di antara masyarakat, bisa karena perbedaan pilihan parpol atau calon Presiden dan Wakil Presiden. Untuk itu, memang sangat diperlukan banyaknya sentuhan seni dan budaya non politik, menjadi semaca relaksasi nasional, agar rakyat dan para kandidat tersegarkan, tercerahkan, dan tetap tersemangati.
Hal tersebut, dinilai HNW sangat penting. Sebab, Pemilu 2024 yang masih beberapa bulan lagi, namun nuansa ketegangan kompetisinya sangat terasa saat ini, apalagi di ranah media sosial dunia yang sangat mendominasi kehidupan apalagi di kalangan generasi milenial, generasi Z dan lainnya.
“Jangan sampai ketika saat Pemilu dilaksanakan, ketegangan akan berubah menjadi konflik. Ketika itu terjadi, potensi perpecahan akan sangat mungkin terjadi dan itu sangat tidak sama-sama kita harapkan. Kita ingin pemilu berdampak baik untuk semua pihak ; Rakyat, Partai, para kandidat dan masa depan bangsa dan negara. Karena pemilu yang oleh pemerintah telah digelontorkan APBN tidak kurang dari 60 Trilyun Rupiah, tentu bukan untuk menjadi pembuat pilu,” ujarnya, saat menerima kunjungan delegasi PB. Sangkami (Sangkakala Kawula Muda Indonesia), di Ruang Kerja, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/7/2023).
Pimpinan MPR dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini sangat mengapresiasi kepada berbagai elemen bangsa yang menaruh kepedulian yang besar terhadap isu tersebut, salah satunya komunitas atau organisasi seni serta budaya Sangkami.
Dalam dialog dengan HNW, Sangkami yang diwakili oleh Ketua Umumnya Garis Basuki mengungkapkan sebuah ide besar bersama MPR, membuat seni sandiwara, teatrikal dan lagu tentang kebangsaan, tentang bagaimana beratnya para pejuang bangsa memperjuangkan persatuan bangsa ini, sehingga berhasil meraih kemerdekaan sampai hari ini.
“Pimpinan MPR termasuk Bapak HNW di situ bisa berperan sebagai tokoh pejuang bangsa. Kami mengambil momentum nuansa tahun politik 2024 bersama MPR, agar tujuan besar kami yakni kami menyampaikan pesan damai bisa tersampaikan dengan maksimal. Kontestasi politik, perbedaan pilihan, tidak semestinya membuat seluruh anak bangsa saling panas dan saling memanasi. Demokrasi harus kita bangun dengan ide dan gagasan yang akan membawa kita semua kepada cita-cita bersama, hadirnya cita-cita negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, sebagaimana disepakati dalam Pembukaan UUD 1945,” terangnya.
Alasan memilih MPR dalam sinergitas kegiatan seni dan budaya itu, dikatakan Garis Basuki, karena MPR adalah rumahnya rakyat Indonesia. Seluruh Pimpinan MPR merepresentasikan seluruh kekuatan politik dan daerah.
Merespon positif gagasan tersebut, HNW mengatakan bahwa pendekatan seni dan budaya seperti pagelaran wayang kulit, wayang orang sampai wayang golek sudah dilakukan MPR periode sebelumnya sebagai metode penyampaian Sosialisasi Empat Pilar MPR.
“Tentu gagasan Sangkami ini,sebagai pengingat kami di MPR agar metode pendekatan menggunakan seni dan budaya kembali dimunculkan lagi. Dan tentu saja gagasan ini sangat menarik dan sangat bermanfaat sekali untuk masyarakat, agar suasana apalagi saat tahun politik, menjadi adem dan harmoni, karena kita semua diingatkan kembali untuk menomersatukan tujuan kemerdekaan Indonesja dan cita-cita Reformasi dengan terus mementingkan keutuhan bangsa dan negara,” imbuhnya.
Di sesi akhir, HNW berharap agar pagelaran budaya ini mudah-mudahan akan terbentuk kedamaian. Dengan seni dan budaya ini, sebagai pengingat kepada masyarakat bahwa pelaksanaan dan hasil Pemilu 2024 harus terlaksana sesuai aturan yang disepakati dalam konstitusi ; terselenggara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Sentuhan seni dan budaya juga bisa berkontribusi besar untuk hadirnya pemilu yang aman, lancar tanpa konflik, dan sesuai dengan harapan dan cita-cita para pejuang bangsa,” pungkasnya.[]