telusur.co.id - Maraknya aksi pembakaran Kitab Suci Al-Quran yang terjadi di Negara Swedia dan Denmark banyak menuai protes dari berbagai kalangan masyarakat internasional khususnya umat Islam di penjuru Dunia.
Di Swedia, aksi Pembakaran Al-Quran dilakukan oleh Salwan Momika yang bersamaan dengan perayaan Idul Adha dan ritual ibadah haji di Makkah, Arab Saudi.
Dengan mengantongi izin dari Kepolisian setempat, Momika melakukan aksi protes dengan cara menginjak kitab suci umat Islam dan membakar beberapa halaman dari kitab suci tersebut di depan sebuah masjid terbesar di Stockholm pada Rabu (28/6/2023).
Aksi Pembakaran Al-Quran itu kemudian di ulangi lagi oleh Salwan Monika bersama temannya Salwan Najem di luar gedung parlemen Swedia di Stockholm pada senin (31/7) siang.
Mereka berdua menendang dan menginjak-injak kitab suci Al-Quran setelah itu mereka bakar kitab tersebut halaman per halaman.
Sedangkan di Denmark, aksi pembakaran Al-Quran dilakukan selama tiga hari berturut-turut oleh Kelompok Ultranasionalis, yaitu Danske Patrioter atau Patriot Danis yang anti-Islam. Kelompok ini sudah melakukan aksi pembakaran Al-Quran sejak senin di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, dan yang terakhir hari Rabu (2/8) di depan Kedutaan Besar Turki di Kopenhagen.
Menyikapi semakin maraknya aksi pembakaran Al-Quran yang dilakukan oleh Salwan Monika di Swedia, dan Kelompok Patriot Danis di Denmark, Ketua Kelompok DPD M. Syukur melihat terjadinya aksi pembakaran Al Qur'an itu seperti ada pembiaran yang dilakukan oleh kedua negara tersebut.
"Pembakaran Al-Qur'an merupakan pelecehan terhadap simbol agama dan ini sangat melukai perasaan umat Islam, seharusnya pemerintah Swedia dan Denmark menangkap orang yang membakar kitab suci tersebut bukan membiarkannya". Kata Syukur.
Syukur juga meminta kepada pemerintah Indonesia untuk pro aktif merespon adanya pembiaran maraknya aksi-aksi provokasi pembakaran Al Qur'an di Swedia dan Denmark.
" Pemerintah Indonesia perlu menggalang kekuatan dengan negara-negara Islam yang ada dibawah naungan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk menekan Negara Swedia dan Denmark menghentikan segala aksi-aksi pembakaran Al-Quran yang di lakukan oleh kelompok-kelompok ektrimis anti islam". ungkap Syukur
Selain itu, Syukur yang juga anggota DPD RI dari Provinsi Jambi menambahkan agar pemerintah Indonesia perlu juga melakukan politik diplomasi dengan Pemerintah Swedia dan Denmark dengan meminta kedua negara tersebut dapat mengambil langkah cepat dalam menghentikan segala aksi-aksi pelecehan terhadap simbol-simbol agama yang dapat menyulut kemarahan umat beragama.
"Dampak dari pembiaran aksi-aksi pelecehan simbol agama bisa menaikan eskalasi permusuhan antar umat beragama sehingga mengancam keamanan masyarakat Dunia". terang Syukur
Maka untuk mencegah adanya provokasi islamophobia di negara-negara barat dan eropa. Menurut Syukur, Indonesia yang penduduknya mayoritas pengikut Islam yang ramah dan damai bisa menginisiasi pertemuan dengan negara-negara barat dan eropa untuk mencari titik temu penyelesaian terkait pencegahan terhadap aksi-aksi pelecehan simbol agama oleh siapapun atau Kelompok manapun yang bisa mengganggu stabilitas keamanan internasional.