telusur.co.id - Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo bersama Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum se-Indonesia (DEMFASNA) yang terdiri dari sekitar 70 kampus UIN dam IAIN dari berbagai daerah, akan berkerjasama menyelenggarakan Sekolah Kepemimpinan Pancasila pada September 2023 di Gedung Nusantara IV MPR RI. Sebagai upaya melahirkan pemimpin muda, beda, dan berkarya yang berkarakter Indonesia dan berhati Pancasila.
"Kegiatan ini sekaligus berkontribusi dalam menguatkan pondasi kebangsaan sekaligus pembangunan karakter dan jati diri bangsa Indonesia agar semakin kokoh. Sehingga sumber daya manusia akan semakin kompeten, kapabel, berkarakter dan bermental luhur," ujar Bamsoet usai menerima pengurus DEMFASNA, di Jakarta, Jumat (4/8/23).
Pengurus DEMFASNA yang hadir antara lain, Wakil Ketua 1 Ayat Fazrul, Wakil Ketua 2 Diha Almas, Bendahara Wilayah 1 Muhammad Al Ghiffary, Ketua Departemen Riset Umniyah Wahidah.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, generasi muda bangsa dan Pancasila adalah dwitunggal yang tidak boleh dipisahkan. Pemuda adalah generator dan dinamisator pembangunan yang akan menentukan nasib bangsa di masa depan. Pancasila adalah ideologi, pandangan hidup dan dasar negara yang akan menjadi rujukan dan panduan bagi generasi muda untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional sebagaimana diamanatkan konstitusi.
"Seiring masifnya teknologi informasi melalui media sosial, generasi muda juga memiliki tugas berat untuk menghalau gelombang baru terorisme, radikalisme, ekstrimisme, dan intoleransi, yang kini sudah menyasar ruang media siber. Laporan Global Terrorism Index 2022 menekankan bahwa salah satu penyebabnya adalah pandemi Covid-19. Kondisi sosio-kultural yang serba terbatas di seluruh dunia membuat masyarakat menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menerangkan, tantangan menghadapi terorisme dan radikalisme di Indonesia bukanlah persoalan gampang. Tekanan dan beban kehidupan yang dirasakan semakin sulit dan berat, terutama akibat pandemi Covid-19, berpotensi mendorong tumbuh suburnya terorisme dan radikalisme sebagai solusi instan dan pelarian dari berbagai himpitan persoalan.
Di samping itu, fakta sosiologis bahwa bangsa Indonesia ditakdirkan menjadi sebuah bangsa dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, menjadikan bangsa Indonesia berada dalam posisi rentan dari ancaman potensi konflik.
"Secara geografis, kita adalah negara kepulauan yang terpisah oleh lautan. Secara sosio-kultural, bangsa kita terdiri dari beragam suku, budaya, adat istiadat, agama dan kepercayaan. Ditambah potensi kekayaan sumber daya alam kita yang berlimpah dan posisi geografis kita yang strategis dalam lalu lintas kemaritiman, telah menempatkan kita sebagai magnet bagi berbagai kepentingan global," pungkas Bamsoet.