Korea Utara Klaim Uji Coba Rudal Hipersonik Berhasil - Telusur

Korea Utara Klaim Uji Coba Rudal Hipersonik Berhasil

Rudal Hipersonik. Foto: Reuters

telusur.co.id - Korea Utara mengklaim uji coba rudal hipersonik, yang langsung diawasi Kim Jong Un, berhasil dengan gemilang. Uji coba ini sebagai antisipasi persiapan jika terjadi peranga nuklir.

Militer Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang, sebelumnya mendeteksi bahwa Korea Utara menembakkan rudal balistik yang dicurigai ke laut timurnya.

Peluncuran rudal itu melibatkan kendaraan luncur hipersonik, yang setelah dilepaskan dari pendorong roket menunjukkan "penerbangan lompat luncur" dan "manuver pembuka botol" sebelum mencapai target laut sejauh 1.000 kilometer (621 mil). 

Foto-foto yang dirilis oleh agensi media Korea, menunjukkan sebuah rudal yang dipasang dengan muatan berbentuk kerucut runcing membumbung ke langit sambil meninggalkan jejak api oranye dan Kim Jong Un menonton dari sebuah kabin kecil bersama pejabat tinggi, termasuk saudara perempuannya, Kim Yo Jong.

Peluncuran itu adalah uji coba kedua rudal hipersonik Korea Utara dalam seminggu, jenis persenjataan yang pertama kali diuji pada September, saat Kim Jong Un terus mendorong untuk memperluas kemampuan senjata nuklirnya dalam menghadapi sanksi internasional, terkait pandemi. 

Korea Utara telah meningkatkan aktivitas pengujiannya sejak musim gugur lalu. Para ahli beranggapan, ini sebagai upaya menggentarkan saingannya, Washington dan Seoul, agar mereka menerimanya sebagai kekuatan nuklir. Harapannya, Korut ini mendaptkan bantuan dan keluar dari sanksi ekonomi.

Kim Jong Un memasuki tahun baru dengan memperbarui sumpahnya untuk memperkuat pasukan militernya. Bahkan ketika negara itu bergulat dengan kesulitan terkait pandemi yang semakin membebani ekonominya, dilumpuhkan oleh sanksi yang dipimpin AS atas program nuklirnya. 

Kemunduran ekonomi telah membuat Kim tidak menunjukkan apa-apa untuk diplomasinya dengan mantan Presiden AS Donald Trump, yang gagal setelah pertemuan kedua mereka pada tahun 2019 ketika Amerika menolak permintaan Korea Utara untuk bantuan sanksi besar dengan imbalan penyerahan sebagian kemampuan nuklirnya.

Sementara, pemerintahan Joe Biden berdalih, pihaknya bersedia untuk melanjutkan pembicaraan dengan Korea Utara kapan saja, tanpa prasyarat.

Namun, Korea Utara sejauh ini menolak gagasan pembicaraan terbuka, dengan mengatakan AS harus terlebih dahulu menarik “kebijakan permusuhannya”, sebuah istilah yang digunakan Pyongyang untuk menggambarkan sanksi dan latihan militer gabungan AS-Korea Selatan.

Laporan: Audi Raihanah


Tinggalkan Komentar