telusur.co.id - Pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI yang juga Ketua Fraksi Partai NasDem MPR Taufik Basari menyambut baik pelaksanaan Lomba Stand Up Comedy dalam mensosialisasikan Empat Pilar. Menurut Taufik, sudah saatnya sosialisasi, tidak melulu dilakukan secara kaku, dengan cara pidato, seramah hingga seminar, seperti yang dilakukan selama ini.
Cara-cara lain yang lebih santai, dan disukai anak muda patut diterapkan kata Taufik. Salah satunya adalah menggunakan metode stand up comedy. Karena dalam perjalanannya, MPR juga menemukan fakta, penyampaian sosialisasi dengan ceramah serta pidato kerap membuat peserta bosan sehingga mengantuk.
“Baik juga membahas masalah politik hingga tatanegara dengan cara yang lebih santai, menyenangkan bahkan canda tawa. Bukan tidak mungkin hasilnya akan lebih baik. Pesan yang hendak disampaikan bisa diterima lebih gampang,” ungkap anggota MPR dapil lampung I ini menambahkan.
Pernyataan itu disampaikan Pimpinan Badan Pengkajian MPR RI Taufik Basari, SH, S. Hum. LL. M., saat membuka Babak Semi Final Lomba Stand Up Comedy, untuk memperingati HUT Kemerdekaan Indonesia ke 78 dan hari Lahir MPR ke 76. Tema yang diketengahkan lomba tersebut adalah Pendidikan Penguatan Empat Pilar MPR Untuk Generasi Muda.
Acara tersebut berlangsung di Plaza Gedung Nusantara 5 komplek MPR DPR RI, Selasa (22/8/2023). Ikut hadir pada acara tersebut, Wakil Ketua MPR H. arsul sani SH. M.Si. LL.D., serta Kepala Biro Humas MPR Siti Fauziah SE, MM. Lomba stand Up Comedu, kali ini diikuti 110 peserta. Dari jumlah tersebut dipilih 25 peserta untuk bertanding di babak semi final. Dan pada babak Final yang berlangsung pada Selasa (29/8/2023) akan bertanding 10 peserta. Tiga juri ikut memberikan penilaiannya, mereka adalah, Iwel Sastra, Andi Wijaya dan Ridwan Remin.
Bagi Taufik, peserta stand up comedy merupakan orang-orang yang memiliki kecerdasan tersendiri. Karena dalam waktu yang singkat, mereka dituntut menangkap fakta-fakta dan meramunya dengan kata-kata lalu menyampaikannya dengan jenaka. Kalau tidak cerdas mana mungkin mereka bisa menghadirkan kejenakaan itu.
“Itu tidak mudah, bahkan para politisi yang sering berpidato pun, belum tentu bisa menyampaikan pesan yang membuat orang lain tersenyum. Mudah-mudahan, lomba ini bisa menjadi terobosan, sehingga ke depan sosialisasi MPR akan lebih berhasil,” kata Taufik lagi.
Selama lomba berlangsung, banyak kritik hingga aspirasi yang disampaikan peserta kepada MPR. Salah satunya adalah Rizal, comedian asal Jakarta. Peserta yang memerankan tokoh guru SLB Tuna Netra, itu jelas mengkritisi Sosialisasi Empat Pilar yang menggunakan banyak pidato. Cara itu menurut Rizal membuat banyak peserta yang mengantuk dan tidur, karena membosankan. Tidak cuma mengkritik metode sosialisasi, Rizal juga menentang rencana pemerintah menghapus tunjangan guru.
“Saya sering kerja hingga malam, dan itu tidak dihitung lembur. Kami bahkan melakukannya dengan sukarela, karena merasa tanggung jawab. Tetapi kalau tunjangan guru jadi dihapus, sesuai isi UU Omnibuslow, akan banyak guru yang menderita. Ujung-ujungnya, saya bisa hapus itu buku-buku yang memakai huruf braile sehingga murid-murid tidak bisa belajar,” pungkasnya.