telusur.co.id -Perubahan iklim kian nyata terasa, salah satunya terlihat pada kenaikan muka laut yang menghantui Indonesia. Isu ini menjadi pokok perhatian dalam orasi ilmiah Prof. Dr. Eko Yuli Handoko, S.T., M.T. saat dikukuhkan sebagai Guru Besar ke-231 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam bidang Ilmu Geodesi Satelit.
Melalui orasi ilmiah berjudul Satelit Altimetri dan Perubahan Iklim: Pemantauan Kenaikan Muka Laut di Indonesia, Eko menegaskan pentingnya altimetri satelit sebagai instrumen untuk memahami tren kenaikan muka laut. Data akurat, menurutnya, menjadi dasar kebijakan adaptasi, pembangunan infrastruktur, sekaligus ketahanan nasional.
“Data satelit jadi pijakan kebijakan perubahan iklim,” jelas Guru Besar Departemen Teknik Geomatika ITS ini.
Lebih lanjut, Eko memaparkan bahwa instrumen altimeter bekerja dengan memancarkan sinyal radar ke laut dan menghitung waktu pantulnya kembali, menghasilkan data ketinggian muka laut berpresisi sentimeter. Teknologi ini sangat vital bagi negara kepulauan seperti Indonesia karena tidak bergantung pada stasiun darat yang terbatas.
“Altimetri satelit bisa menjangkau ribuan pulau di Indonesia,” ujar sulung dari tiga bersaudara tersebut.
Meski demikian, Eko menyoroti tantangan teknis dalam pemantauan wilayah pesisir yang kerap terganggu oleh kondisi darat di wilayah pesisir dan laut dangkal. Untuk mengatasinya, lelaki kelahiran 1974 ini mengintegrasikan data altimetri dengan Global Navigation Satellite System (GNSS) dan Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR).
“Dengan menggabungkan ketiganya, kita memperoleh data kenaikan muka laut relatif yang dirasakan masyarakat,” jelasnya.
Tak hanya itu, Eko juga mengembangkan metode peningkatan kualitas data altimetri di wilayah tropis, termasuk Indonesia, yang sering terkendala tingginya uap air atmosfer. Untuk mengatasi gangguan sinyal radar satelit tersebut, ia memanfaatkan data stasiun GNSS darat guna melakukan koreksi atmosfer Wet Tropospheric Correction dengan pendekatan GNSS-derived Path Delay (GPD).“Data kenaikan muka laut menjadi lebih reliabel, khususnya di pesisir,” ungkapnya.
Menurut Eko, penelitian ini memiliki manfaat yang luas bagi bangsa Indonesia. Data akurat mengenai kenaikan muka laut dapat menjadi dasar bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan adaptasi perubahan iklim, seperti perencanaan tata ruang pesisir, pembangunan infrastruktur pelindung, hingga mitigasi bencana rob.
“Informasi ini krusial untuk melindungi aset-aset strategis negara yang berada di wilayah pesisir,” tegas lelaki asal Pringsewu, Lampung ini.
Kontribusi penelitian Eko tersebut turut mendukung komitmen Indonesia terhadap Paris Agreement. Tak hanya itu, penelitian ini juga berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-11 mengenai kota berkelanjutan, poin ke-13 tentang penanganan perubahan iklim, serta poin ke-14 terkait ekosistem laut.