telusur.co.id - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, mengingatkan masyarakat bahwa Pemilu 2024 yang semakin dekat ini, akan penuh dengan kontestasi yang sangat ketat tapi juga menentukan masa depan rakyat sebagai pemilih.
Untuk itu, dibutuhkan partisipasi aktif masyarakat bukan hanya ikut mencoblos atau memilih. Tapi, ikut pula mengawasi proses berjalannya pemilu hingga akhir minimal sesudah pencoblosan.
HNW sangat memahami kegelisahan rakyat yang mengkhawatirkan akan terjadi lagi potensi kecurangan dan intrik dalam pelaksanaan sampai penghitungan suara dan penentuan hasil. Itulah pentingnya rakyat untuk ikut menjadi saksi setelah melakukan pencoblosan untuk menyaksikan dan mengawasi sendiri terutama saat penghitungan suara dan penentuan hasil suara di setiap TPS dan jenjang berikutnya.
Ini sangat penting disadari, dipahami dan dilakukan masyarakat agar kedaulatan rakyat yang hadir melalui coblosan itu, benar-benar terjaga dan tidak dimanipulasi, agar keadilan dan kemurnian berjalannya pesta demokrasi rakyat lima tahunan tetap bisa valid dan dipercaya.
"Kita tentu tidak ingin pemilu malah menghadirkan perselisihan dan permusuhan apalagi dengan legitimasi yang rendahan. Padahal negara sudah menggelontorkan APBN puluhan Trilyun Rupiah. Yang kita harapkan justru persatuan akan semakin kuat, negara makin bermartabat dan kualitas demokrasi makin meningkat,” katanya.
Hal tersebut disampaikan Pimpinan MPR dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini saat menerima kunjungan delegasi Jarkom Pengurus Masjid dan Musholla Pejaten Timur Jakarta Selatan,di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (23/8/2023).
Wakil Ketua Majelis Syura PKS ini mengungkapkan, di PKS sendiri mengajak seluruh kader, simpatisan untuk menjadi saksi atau hadir setelah ‘nyoblos’ di TPS masing-masing dan mengawasi secara cermat proses perhitungan suara, dengan mencatat semua data-data yang ada.
“Nanti, dari pengamatan dan data-data itu akan tercatat dan akan menjadi bahan untuk dipelajari dan akan ketemu (jika ada) dimana letak kesalahan atau kecurangannya. Jadi, saya mengajak anggota Jarkom jangan pulang dulu setelah nyoblos, ‘tongkrongin’ dulu sebentar, sampai perhitungan di TPS selesai. Sekali lagi untuk menjaga kedaulatan Rakyat, keadilan dan kemurnian hasil pemilu,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu, HNW juga menyampaikan bahwa tentu seluruh kontestan pemilu pasti menginginkan kemenangan. Tapi, semua kembali kepada masyarakat Indonesia. Rakyat harus sadar, selain pemilu adalah pesta demokrasinya rakyat, pemilu juga merupakan representasi kedaulatan rakyat. Di momen itulah, kedaularan rakyat betul-betul sangat dihormati dan dihargai.
“Jadi, rakyat harus mulai dari sekarang mempelajari secara betul apakah jika suaranya diberikan ke salah satu kontestan, baik capres, parpol, caleg-caleg dan kepala daerah akan mampu memberi kemaslahatan kepada rakyat/umat dan kepada seluruh bangsa Indonesia, atau malah sebaliknya?,” ujarnya.
Salah satu cara mempelajarinya, lanjut HNW, adalah dengan banyak membaca, meriset atau banyak mencari informasi tentang latar belakang kontestan yang akan dipilih. Jika dia pernah menjabat, apakah dia sudah menjalankannya dengan amanah serta memberikan maslahat untuk rakyat dan negara, juga tidak tersandung kasus moral atau hukum terutama korupsi dan penyalahgunaan wewenang.
"Melalui Pemilu, rakyat tidak hanya bisa memberikan reward tapi juga punishment untuk kebaikan mereka sendiri serta masa depan bangsa dan negara,” pungkasnya.[tp]