Krisis Ekonomi Makin Parah, Masyarakat Terus Tuntut Presiden Sri Lanka Lengser - Telusur

Krisis Ekonomi Makin Parah, Masyarakat Terus Tuntut Presiden Sri Lanka Lengser


telusur.co.id - Ribuan warga Sri Lanka turun ke jalan menuntut pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa karena tidak mampu mengatasi krisis ekonomi. 

Para demonstran berkumpul di Ibu Kota Kolombo, menyuarakan aspirasi mereka yang berisikan bahwa presiden maupun anggota keluarganya tidak bisa lagi dipercaya mengatasi krisis ekonomi yang semakin parah di Sri Lanka. 

Dilansir dari Aljazeera, sejak Sabtu (9/4/22) kemarin, banyak orang berkumpul di tepi pantai Kolombo. Sebagian besar dari mereka baru pertama kali berunjuk rasa dan terdiri dari pelajar, guru, pengacara, aktor, serta arsitek.

Orang-orang itu melambaikan bendera Sri Lanka dan mengangkat plakat tulisan tangan dalam bahasa Sinhala dan Inggris yang membawa pesan seperti tidak ada lagi politisi korup, dan selamatkan Sri Lanka dari keluarga Rajapaksa. 

"Ini adalah momen untuk melakukan sesuatu atau kita mati," kata Buddhi Karunatne, pria 29 tahun yang bekerja di bidang periklanan.

Untuk pertama kalinya, orang-orang dari beragam latar belakang politik dan sosial berkumpul dengan satu tuntutan yang tidak dapat dinegosiasikan. Mereka mendesak presiden menyerahkan kekuasaan kepada pihak-pihak yang mampu mengeluarkan negara dari krisis ekonomi.

Rajapaksa, 72, memenangi jabatan kepresidenan pada 2019 silam. Partainya kemudian mengamankan mayoritas dua pertiga kursi di parlemen kurang dari setahun kemudian. Kemenangan itu memungkinkan Rajapaksa menunjuk saudaranya Mahinda Rajapaksa sebagai perdana menteri dan mengubah konstitusi untuk memperkuat kekuasaan presiden.

Dia juga menyerahkan tiga anggota keluarga Rajapaksa lainnya pada posisi kunci dalam di kabinetnya, yakni di bidang keuangan, pertanian dan olahraga.

Saat pemilihan, banyak simpatisan mengatakan mereka percaya Gotabaya dan Mahinda Rajapaksa akan meningkatkan keamanan dan menstabilkan negara menyusul serentetan pemboman yang diilhami ISIS yang menewaskan sedikitnya 250 orang pada 2019.

Alih-alih memperbaiki keadaan, Rajapaksa dinilai tidak kompeten dan tidak mampu mengambil keputusan yang tepat. Di bawah kepemimpinannya krisis ekonomi semakin parah. Buktinya, Sri Lanka tidak bisa menjalankan ujian bagi siswa sekolah serta kekurangan pangan.

Di lain pihak, pemerintah bersikeras bahwa Gotabaya Rajapaksa tidak akan mundur. Legislator partai yang berkuasa, Johnston Fernando, mengatakan kepada parlemen bahwa presiden tidak akan mengundurkan diri dalam keadaan apa pun dan bahwa pemerintah akan menghadapi krisis saat ini. 

Presiden baru-baru ini memecat saudaranya Basil Rajapaksa sebagai menteri keuangan, menunjuk gubernur bank sentral baru dan juga membentuk dewan baru untuk memberi saran kepada pemerintah tentang bantuan dana IMF.[Fhr


Tinggalkan Komentar