telusur.co.id - Pemerintah Indonesia diminta memperhatikan kebijakan Amerika Serikat (AS) yang menarik warga negaranya, khususnya yang berusia di bawah 21 tahun, terkait lonjakan penyebaran virus corona (Covid-19) yang sudah tembus angka 1.024 kasus positif infeksi di Indonesia.

Menurut mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai, kebijakan AS tersebut merupakan sebuah tanda bahwa data yang dimiliki Indonesia diragukan dunia. 

"Depok saja diawasi 131 orang dan suspect 255 orang. Kalau 514 kabupaten/kota? Dunia ragu angka pemerintah hari ini," kicau Pigai dalam akun twitternya @NataliusPigai2, ditulis Sabtu (28/3/20). 

Aktivisi Hak Asasi Manusia (HAM) itu menilai, penyebaran virus corona di Indonesia gagal dicegah. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi semakin tidak jelas.

Piga pun mengandaikan, jika dirinya adalah Presiden Joko Widodo, ia memilih mundur demi keselamatan negara di tengah pandemi corona. 

"Ekonomi morat marit. Kalau saya Presiden Jokowi sudah pasti mundur demi bangsa dan negara!" tulisnya.

Alasannya, kemampuan menghadapi virus Corona rendah, kemudian tidak berdaya mencari uang, rupiah terpuruk, pengangur dan miskin makinmenggila.

"Tidak dipercaya bawaan & rakyat. Kredibilitas di mata dunia makin rendah. Butuh orang yang kuat, jujur &  kemampuan extra," tukasnya.[Fhr]