telusur.co.id - Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara barat membuat skenario yang menyulut pada perang dan mengakibatkan masalah keamanan Rusia atas Ukraina.
"Sudah jelas sekarang bahwa kekhawatiran mendasar Rusia diabaikan," kata Putin dalam konferensi pers dengan Perdana Menteri Hongaria, dikutip dari Reuters, Senin (1/2/22).
Putin menggambarkan skenario masa depan yang potensial di mana Ukraina diterima di NATO dan kemudian berusaha untuk merebut kembali semenanjung Krimea, wilayah yang direbut Rusia pada 2014.
"Apakah kita harus berperang dengan blok NATO? Apakah ada yang memikirkan hal itu? Ternyata tidak," tegasnya.
Rusia telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasan Ukraina dan negara-negara Barat mengatakan mereka khawatir Putin mungkin berencana untuk menyerang.
Rusia membantah hal ini tetapi mengatakan dapat mengambil tindakan militer yang tidak ditentukan kecuali tuntutan keamanannya dipenuhi. Negara-negara Barat mengatakan setiap invasi akan membawa sanksi terhadap Rusia.
Juru bicara Kremlin menginginkan AS dan negara-negara Barat menghormati perjanjian 1999 bahwa tidak ada negara yang dapat memperkuat keamanannya sendiri dengan mengorbankan orang lain, apalagi negara tersebut menganggap wilayahnya adalah pusat krisis, seperti mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.
Lavrov yakin Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mau membahas masalah ini dengan lebih lanjut.
"Jika Presiden Putin benar-benar tidak berniat mengibarkan bendera perang atau perubahan rezim, maka yang paling tepat dilakukan adalah menarik kembali pasukan dan melakukan diskusi serius," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri kepada wartawan.
Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri tidak segera menanggapi permintaan komentar tetapi seorang sumber yang dekat dengan situasi ini mengatakan Amerika Serikat hanya menawarkan sebuah pembicaraan tentang berbagai kekhawatiran Rusia, seperti masalah kontrol senjata.[Fhr]



