telusur.co.id - Juru bicara Dinas Keamanan Ukraina, Artem Dekhtyarenko mengungkapkan serangan Rusia di stasiun kereta api di Ukraina timur pada Jumat ini telah memakan korban tewas sedikitnya 39 orang.
Bahkan, Dekhtyarenko membeberkan dari 39 korban, ada empat anak tewas dalam serangan mematikan tersebut.
Seperti diketahui, dua roket menghantam stasiun kereta api di Kramatorsk, sebuah kota di wilayah Donetsk, di mana sejumlah orang menunggu untuk dievakuasi ke daerah yang lebih aman, menurut Kereta Api Ukraina.
Walikota Kramatorsk Alexander Goncharenko mengatakan bahwa sebagian besar yang terluka berada dalam kondisi serius dan beberapa kehilangan tangan dan kaki. “Ada hampir 4.000 warga sipil di stasiun pada saat serangan itu,” menurut walikota.
Sebelumnya, Kereta Api Ukraina mengatakan lebih dari 100 orang terluka dalam serangan Rusia itu.
Pavel Kirilenko, gubernur Donetsk, mengatakan pasukan Rusia menyerang stasiun kereta api dengan rudal Iskander yang berisi munisi tandan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menggambarkan serangan itu sebagai "kejahatan tanpa batas."
"Kekurangan kekuatan dan keberanian untuk melawan kita di medan perang, mereka secara sinis menghancurkan penduduk sipil. Ini adalah kejahatan yang tidak memiliki batas. Dan jika tidak dihukum, itu tidak akan pernah berhenti," kata Zelenskyy dalam sebuah sosial media.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell juga mengutuk serangan itu. "Saya mengutuk keras serangan membabi buta pagi ini terhadap stasiun kereta api di Kramatorsk oleh Rusia, yang menewaskan puluhan orang dan melukai lebih banyak lagi. Ini adalah upaya lain untuk menutup rute pelarian bagi mereka yang melarikan diri dari perang yang tidak adil ini dan menyebabkan penderitaan manusia," katanya.
Juga, Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan "mengerikan melihat Rusia menyerang salah satu stasiun utama yang digunakan oleh warga sipil untuk mengevakuasi wilayah di mana Rusia meningkatkan serangannya."
Setidaknya 1.626 warga sipil telah tewas dan 2.267 terluka di Ukraina sejak perang dimulai pada 24 Februari, menurut perkiraan PBB, dengan angka sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi.
Lebih dari 4,3 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain, dengan jutaan lainnya mengungsi, menurut badan pengungsi PBB. [ham]



