telusur.co.id - Peneliti Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Pujiatmoko mengingatkan Pemerintah untuk mengantisipasi kenaikan harga beras. Sebab, kondisi saat ini sedang tidak biasa.
"Curah hujan relatif tinggi sehingga di beberapa wilayah sentra produksi beras berpotensi terjadi gagal panen. Sementara pada bagian lain permintaan beras justru meningkat karena mendekati hari raya," kata Pujiatmoko, Selasa (11/3/25).
Pujiatmoko menyarankan Pemerintah mengantisipasi kenaikan harga beras melalui berbagai program.
“Pemerintah jangan hanya mengandalkan impor untuk menutupi kebutuhan masyarakat. Pemerintah harus mencari program yang lebih memberdayakan petani agar bisa bertahan dalam kondisi yang sulit seperti sekarang,” ujar Pujiatmoko.
Mantan Atase Pertanian Tokyo ini melihat stabilisasi harga beras di Indonesia masih menjadi masalah. Operasi pasar yang biasa dilakukan Bulog belum sepenuhnya efektif mengendalikan harga karena dilaksanakan secara responsif dan tidak merata ke seluruh wilayah.
Alternatifnya, Pujiatmoko menyarankan Pemerintah melalui Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) memangkas jalur distribusi beras. Doktor lulusan Gifu Univercity, Jepang, ini menilai jalur produksi dan distribusi beras saat ini terlalu Panjang sehingga mudah dimainkan oleh tengkulak.
Harusnya dibuat jalur distribusi yang sederhana, sehingga disparitas (selisih) harga produksi, distribusi dan penjualan tidak terlalu jauh.
“Pada bagian lain Bulog juga perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan stok dan impor beras. Bulog dan Bapanas bersama-sama perlu memperbaiki strategi cadangan beras yang efektif. Dengan demikian tidak ada celah dan alasan bagi siapapun untuk impor beras,” ujar Pijiatmoko.[Nug]