telusur.co.id - Tingginya kontribusi sektor transportasi dalam melahirkan emisi karbon dioksida (CO2), mendorong Guru Besar (Gubes) ke-194 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr Bambang Sudarmanta ST MT mengembangkan teknologi rekayasa bioenergi. Tujuan pengembangan yang dituangkan dalam orasi ilmiahnya ini adalah untuk mendukung sistem transportasi berkelanjutan.
Dosen Departemen Teknik Mesin ITS tersebut menjelaskan, sektor transportasi merupakan penyumbang emisi CO2 terbesar kedua setelah pembangkit listrik. Hal tersebut dapat terjadi karena ketergantungan manusia yang masih besar terhadap bahan bakar fosil.
“Padahal bahan bakar fosil semakin lama semakin mahal dan sulit didapatkan,” jelasnya. Rabu, (10/1/2024).
Alumnus ITS tersebut menyebutkan, solusi dari permasalahan ini terletak pada konservasi dan renewable energy. Untuk itu, Bambang mengembangkan bidang strategis dari kedua solusi tersebut adalah bioenergi. Bioenergi sendiri merupakan pemanfaatan sumber energi dari sumber-sumber hayati yang ada.
“Pemanfaatan bioenergi dapat memberi nafas lega bagi dunia,” papar Prof Bambang.
Untuk menunjang gagasan tersebut, dosen yang telah mempunyai 28 publikasi jurnal itu menggagas enam keterbaruan teknologi di bidang bioenergi. Salah satunya adalah keterbaruannya pada teknologi biogas. Bambang memaparkan, teknologi biogas merupakan teknologi konversi biomassa melalui proses fermentasi anaerobik.
Berbahan dasar kotoran dan limbah domestik, Bambang berhasil menghasilkan gas metana berkalori tinggi yang aman bagi kendaran bermotor. Gas metana tersebut tercipta berkat penambahan proses pemanasan dan pengadukan pada reaktor biogas serta proses pemurnian menggunakan sistem filtrasi.
“Dengan metode ini, produksi gas dapat lebih maksimal,” sambungnya.
Keterbaruan selanjutnya terletak pada teknologi Refuse Derived Fuel (RDF), yakni merupakan sebuah bahan bakar yang berbahan baku sampah yang dapat digunakan pada kendaraan bermotor. Bambang melakukan perancangan terhadap sebuah mesin pembuatan RDF bernama Mobile Waste Screening and Shredding Machine.
Profesor yang fokus pada pengembangan bioenergi itu menyampaikan bahwa mesin ini dapat diwujudkan dengan memenuhi dua tahapan. Tahapan pertama adalah penyusunan basic machine design dan schematics drawing. Pada proses ini, dilakukan perancangan terhadap desain dari mesin sehingga ergonomis dan dapat berfungsi sesuai fungsinya.
Tahapan kedua adalah pembuatan prototype. Prototype yang dimaksud merupakan alat yang mampu mencacah sampah domestik. Dari pencacahan tersebut, dilakukan proses lanjutan yang dapat menciptakan RDF.
“Mesin ini mampu mendukung komitmen Indonesia mengenai green energy pada pertemuan G20 lalu,” tegas dia.
Selain kedua keterbaruan tersebut, Bambang juga turut menyumbang keterbaruan pada teknologi gasifikasi, biodiesel, bioetanol, dan diesel dual fuel (DDF). Bersama-sama, lanjut Bambang, keenam keterbaruan teknologi itu mendukung mimpi Indonesia dalam mewujudkan transportasi berkelanjutan.
Hal ini ditandai dari beragam produk penunjang yang diciptakan dari keterbaharuan teknologi yang dibuatnya. Salah satunya adalah mesin produksi bioetanol, RDF, dan teknologi kendaraan listrik.
Terakhir, Manajer Science Techno Park (STP) Klaster Otomotif ITS ini berharap, dengan adanya keterbaruan teknologi tersebut, emisi CO2 di dunia dapat berkurang sehingga pemanasan global pun bisa ditekan habis. Selain itu, Bambang juga berharap gagasannya ini dapat membantu semua lapisan masyarakat di dunia. (far/ari)