telusur.co.id - Wakil Ketua MPR-RI sekaligus Anggota DPR-RI Komisi VIII yang di antaranya membidangi urusan agama, Hidayat Nur Wahid, menjadi narasumber dalam kegiatan Ngobrol Pendidikan Islam (NGOPI) bersama Kanwil Kemenag DKI Jakarta dan ratusan pimpinan dan anggota Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) Jakarta Pusat. Dirinya memulai paparan dengan berpantun; "Bukan Kopi sembarang kopi, kopi dari pulau Seram lezat rasanya. Bukan ngopi sembarang “ngopi”, ngopi ngobrol pendidikan Islam berkah adanya". HNW sapaan akrabnya menegaskan pendidikan Islam di Indonesia mampu bersaing dengan pendidikan umum dan diminati oleh banyak lapisan masyarakat.
“Terbukti, dari 5 besar sekolah dengan nilai UTBK tertinggi tahun 2022, nomor 1 diraih oleh MAN Insan Cendekia Serpong dan nomor 4 MAN Insan Cendekia Pekalongan. Artinya madrasah terbukti bisa bahkan lebih unggul dari sekolah pendidikan umum. Ini harus jadi motivasi dan inspirasi untuk semua pengelola pendidikan Islam, termasuk organisasi dan guru-guru Raudhatul Athfal,” disampaikan Hidayat dalam paparannya di acara NGOPI, Jumat (14/7).
Anggota DPR-RI Dapil DKI Jakarta II meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Luar Negeri ini menerangkan, kesuksesan tersebut tidak datang dalam sekejap waktu.
MAN Insan Cendekia misalnya didirikan tahun 1996 oleh B.J. Habibie. 25 tahun kemudian, upaya tersebut berbuah manis dengan terus hadirnya generasi-generasi unggul dari lembaga pendidikan tersebut.
“Artinya pengelola lembaga pendidikan Islam harus bersikap sabar dan ulet, sambil terus optimis dan berpikir jangka panjang. Baru setelah 20 tahunan semenjak didirikan, MAN Insan Cendekia menghadirkan hasil pendidikan yang unggulan. Maka bila pembelajaran di masa ini, termasuk di Raudhatul Athfal, jika disikapi dengan penuh kepedulian dan terus mengembangkan diri, akan berbuah 20-30 tahun ke depan, bisa menghadirkan generasi emas tepat ketika Indonesia memasuki 1 abad kemerdekaannya", ujar Hidayat.
"Dengan demikian sesungguhnya peluang pendidikan Islam untuk berkontribusi positif sambut generasi emas yang akan bertemu dengan peringatan 100 tahun Indonesia Merdeka, sangatlah ada. Apalagi ideologi negara ; Sila 1 Pancasila serta konsitusi ; UUDNRI 1945 (pasal 31) sangat bisa dijadikan rujukan untuk maksimalkan peluang hadirkan pendidikan Agama (Islam) yang berkualitas tersebut,” tambahnya.
Namun, Hidayat juga menyoroti beragam tantangan yang harus menjadi perhatian para guru dan siapapun yang peduli dengan pendidikan Agama. Di antaranya adalah soal moral peserta didik yang semakin mudah dirusak dengan hadirnya beragam kampanye negatif secara digital, seperti kampanye LGBT, games berlebihan, dan pergaulan bebas.
Juga beberapa kebijakan yang justru tidak akomodatif terhadap pendidikan Islam, misalnya minimnya alokasi APBN, upaya menghapuskan frasa agama dari peta jalan pendidikan, dan hilangnya tokoh-tokoh Umat Islam dari Kamus Sejarah. Sekalipun 2 tantangan terakhir itu sudah dapat diatasi.
“Saya bersama Fraksi PKS di DPR-RI terus mengawal agar ekosistem kebijakan nasional senantiasa berpihak pada pengamalan Pancasila dan UUDNRI 1945 agar pendidikan termasuk pendidikan Agama Islam, tetap dapat dihadirkan dengan cara yang baik dan benar. Sehingga selalu bisa jadi alternatif solusi dan yang terbukti unggul menghadirkan generasi muda berkualitas yang diharapkan dapat berkontribusi wujudkan cita-cita Indonesia Merdeka pada saat nanti mereka memperingati 100 tahun kemerdekaan Indonesia,” pungkasnya.
Kegiatan NGOPI menghadirkan tema Peluang dan Tantangan Pendidikan Islam Menuju 1 Abad Indonesia Merdeka, turut dihadiri oleh Kepala Kanwil Agama DKI Jakarta Dr. Cecep Khairul Anwar, M.Ag beserta jajaran, dan diisi oleh 2 narasumber pakar pendidikan Islam yakni Dr. Rahmad Hidayat dan H. Itang Rusmana, Lc. M.H.
Ketua IGRA Jakarta Pusat yang turut hadir, Fitri Ratnaningsih, mengapresiasi kegiatan NGOPI sebagai bentuk pelatihan yang dibutuhkan guru untuk terus berkembang. Dirinya berharap dukungan kebijakan bagi lembaga pendidikan Islam bisa senantiasa meningkat.
“RA atau PAUD adalah gerbang pertama pendidikan bagi seorang anak yang bisa turut membentuk masa depannya. Kami apresiasi Pak Hidayat yang terus berupaya hadirkan dukungan kebijakan untuk RA dan pendidikan Islam, baik dalam hal infrastruktur kelembagaan maupun kesejahteraan para guru,” ujar Fitri.