telusur.co.id - Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid atau HNW mengungkapkan pentingnya seluruh anak bangsa berkontribusi menjaga dan melanjutkan demokrasi, karena ternyata selain ada peluangnya, tapi juga besar tantangannya. Hal ini perlu diperhatikan generasi muda bangsa, sebab jika demokrasi tidak terkelola dengan baik, maka demokrasi yang diharapkan akan membuat negara aman dan maju, dengan rakyatnya yang makmur dan sejahtera akan sulit terwujud. Tapi, jika terkelola dengan baik, maka yang diharapkan rakyat akan terwujud.
Hal ini sebagaimana terjadi di beberapa negara Timur Tengah dengan terjadinya The Arab Spring. Peristiwa politik yang memberikan efek domino terhadap stabilitas perpolitikan di Timur Tengah yang awalnya memberikan harapan, tapi dalam perjalanannya malah menunjukkan iklim demokrasi yang tidak membaik. Bahkan, demokrasi yang dibangun malah hancur atau dihancurkan.
“Demokrasi di Indonesia, Alhamdulillah masih terjaga, sekalipun dengan berbagai catatan kritisnya. Seperti, soal kualitas demokrasi kita yang tidak hanya harus dijaga, tapi mesti dikoreksi dan ditingkatkan, agar tidak hanya prosedural yang bisa menimbulkan apatisme atau ketidak percayaan rakyat terhadap demokrasi, yang akhirnya bisa membuat mereka bisa tergiur dengan propaganda terkait radikalisme maupun intoleransi," ujar HNW.
"Di sinilah peran konstruktif dan kontributif generasi muda pelajar dan mahasiswa termasuk dari kalangan Muhammadiyah, menjadi sangat dipentingkan dan strategis,” tambahnya, saat menerima kunjungan dan berdialog dengan Delegasi Pimpinan BEM Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan BEM Muhammadiyah se-Jawa Timur dan Bali, yang hadir di ruang kerjanya, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/7/2023). Selain silaturahmi dan berdialog, delegasi mahasiswa ini juga mengundang HNW menjadi narasumber dalam Silatnas yang akan digelar di Surabaya, pada akhir Juli 2023.
Lebih kongkret lagi, Pimpinan MPR dari Partai Keadilan Sejahtrera (PKS) ini mengatakan bahwa peran dan kiprah strategis itu misalnya terkait dengan penyelenggaraan Pemilu 2024. Sebab, mayoritas pemilih pada Pemilu 2024 akan didominasi dari generasi muda dari kelompok generasi Z sekitar 22,85 persen dan generasi milenial sekitar 33,60 persen.
“Dengan menjadi mayoritas pemilih dengan jumlah melampaui 55% itu, tentu posisi mereka akan sangat strategis dan sangat menentukan. Maka akan sangat disayangkan jika generasi muda bangsa termasuk yang beragama Islam, tidak memaksimalkan kedaulatan, hak dan peluang yang mereka miliki dengan bersikap negatif, menjauhkan diri, tidak berperan dalam penyelenggaraan pesta demokrasi rakyat lima tahunan nanti, apalagi bila mereka sampai termakan isu yang menyesatkan soal relasi antara agama (Islam) dan negara,” tegas HNW.
Menurut HNW, hal itulah yang harus diingat para pemuda Indonesia, termasuk dari kalangan aktifis mahasiswa termasuk BEM di lingkungan Muhammadiyah. Jika, generasi muda termasuk yang Muslim tidak memiliki kepedulian dengan demokrasi, maka Indonesia akan dipimpin oleh pihak yang juga tidak memperdulikan kualitas demokrasi.
“Khusus buat kalian generasi muda Islam, jika kalian tidak memperdulikan demokrasi Islam atau politik Islam. Maka jangan disalahkan ketika Indonesia nanti dipimpin oleh mereka yang memenangkan kontestasi demokrasi, tapi tidak perduli dengan Islam dan masa depan generasi muda dari kalangan umat Islam,” tambahnya.
Ditegaskan HNW, banyak sekali jalan atau cara mencerahkan yang bisa dilakukan para generasi muda untuk berkontribusi agar warga perduli dengan demokrasi Indonesia sekaligus masa depan Indonesia. Pertama, dengan mengedukasi warga agar mereka memahami hak dan kedaulatan yang mereka miliki untuk hadirkan perpolitikkan Indonesia yang berkwalitas termasuk ketika mereka akan ikut serta aktif dalam Pemilu 2024.
Kedua, dengan menggunakan sarana komunikasi modern seperti teknologi informasi yang digandrungi generasi muda seperti media sosial, sarana yang sangat populer di kaum milenial tempat mereka bisa saling mengedukasi, tukar menukar wawasan dan memperluas jaringan untuk hadirkan aksi pencerahan ini.
“Tidak hanya dengan sesama kaumnya dari kalangan generasi milenial dan generasi Z, kalangan muda itu juga bisa memberikan edukasi dan pencerahan itu kepada masyarakat pada umumnya, sehingga masyarakat punya kesadaran dan kepedulian terhadap demokrasi untuk perbaikan masa kini dan masa depan bangsanya sendiri, mulai dari lingkup sederhana dalam relasi sosial di rumah, lingkungan keluarga besar, pertemanan, bisa juga via grup WA, IG, youtube, tiktok, twitter, atau platform medsos lainnya,” imbuhnya.
HNW mengingatkan bahwa perjuangan para kaum milenials untuk demokrasi dan Indonesia lebih baik di masa depan, memang penuh kompetisi dan tantangan. Tapi, begitulah hukum sejarah perjuangan sebagaimana diteladankan oleh para Bapak dan Ibu bangsa, termasuk para ulama dari kalangan Muhammadiyah, NU dan lainnya.
"Mereka berani maju ke depan dengan seruan Resolusi Jihad dan Amanat Jihad, menyelamatkan kemerdekaan Indonesia agar dapat dinikmati dan diisi oleh generasi berikutnya hingga bisa diwariskan ke generasi milenial saat ini dan kemudian generasi Milenial pada gilirannya akan mewariskan kepada generasi berikutnya dari kalangan generasi Z, generasi Alpha, yang akan bertemu dengan tahun emas, peringatan 100 tahun Indonesia Merdeka,” pungkas HNW.