telusur.co.id - Di tengah suasana khidmat prosesi wisuda Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), dua wisudawati mencuri perhatian, karena kisah mereka yang menggambarkan semangat toleransi dan keberagaman di lingkungan kampus berbasis ke-Islaman.
Mereka adalah Waryani, mahasiswi beragama Kristen, kelahiran Klaten, 2 Nopember 1971 dan Ana Zenetia Paulo Soares de Rosa, mahasiswi Katolik asal Timor Leste, kelahiran Dili, 22 Agustus 2001, yang sama-sama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Kebidanan Unusa yang telah terakreditasi Unggul, lewat jalur alih RPL dan alih jenjang.
Waryani menempuh pendidikan RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau) sedang Ana Zenetia Program Lintas Jalur. Sebelumnya mereka hanya lulusan D3 Kebidanan dari perguruan tinggi lain, lalu melanjutkan ke S1 Kebidanan Unusa. Waryani bahkan tercatat sebagai wisudawan tertua. Usianya kini sudah 54 tahun dan sudah mempunyai menantu warga Kanada. Sehari-hari dia bekerja di RS Darmo.
“Dosen yang mengajar saya ada yang teman satu angkatan saat menempuh pendidikan D3, tapi saya akui beliau memang sejak kuliah pandai, jadi pantas kini menjadi dosen saya,” jelasnya saat diwawancarai awak media di sela-sela acara Wisuda Unusa ke-19 di Dyandra Convention Center Surabaya. Rabu, (23/4/2025) siang.
Meski berasal dari latar belakang agama minoritas di kampus, keduanya menyatakan bahwa kehidupan akademik dan sosial mereka selama kuliah berlangsung sangat menyenangkan dan inklusif.
“Saya sangat bersyukur kuliah di Unusa. Meskipun mayoritas teman-teman Muslim dan banyak yang berjilbab, saya tidak pernah merasa dikucilkan. Saya justru merasa dihormati dan diterima apa adanya. Saya juga senang menggunakan krudung,” beber Waryani.
Senada dengan itu, Ana Zenetia menjelaskan bahwa, Unusa memberinya pengalaman belajar yang bukan hanya akademis, tapi juga nilai-nilai kemanusiaan.
“Saya tetap bisa menjalankan ibadah saya dan merayakan hari-hari besar agama saya. Teman-teman Muslim saya bahkan mengucapkan selamat Natal dan memperlakukan saya seperti keluarga,” tukas Ana yang sempat aktif dalam berbagai kegiatan sosial bersama organisasi mahasiswa Muslim.
Kehidupan kampus di Unusa memang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, yang memberi ruang aman dan nyaman bagi semua mahasiswa, tanpa memandang latar belakang agama, budaya, atau asal negara.
“Kami belajar bersama, berdiskusi terbuka, dan saling memahami. Saya justru jadi lebih mengenal nilai-nilai Islam dari teman-teman saya,” sambung Waryani.
Keberhasilan Waryani dan Ana menyelesaikan studi mereka di Program Studi S1 Kebidanan yang telah meraih akreditasi Unggul menjadi bukti nyata bahwa, Unusa tidak hanya mencetak tenaga kesehatan profesional, tetapi juga membentuk lulusan yang memiliki semangat kebhinekaan dan toleransi tinggi. (ari)