telusur.co.id - Sejak pukul 19.00 WIB, 15 Juli 2023, Lapangan Balaikota Jakarta Timur, Jakarta, sudah dipenuhi oleh masyarakat. Kehadiran mereka di sana untuk bermalam minggu dengan nonton bareng (nobar) pentas seni pagelaran wayang kulit.
Pagelaran wayang untuk memperingati Milad ke II Komunitas Wayang Nusantara, juga Hari Ulang Tahun Jakarta Ke-496 itu diprakarsai oleh pimpinan KWN (Komunitas Wayang Nusantara), mengambil lakon ‘Bimo Bangkit’ dengan dalang milenial ; Ki Totok Asmoro dkk. Pagelaran wayang kulit malam itu dihadiri Wakil Ketua MPR Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid MA (HNW), budayawan dan seniman Erros Djarot, pimpinan PEPADI Jakarta, Komunitas Wayang Nusantara (KWN), dan Keturunan Jawa Tulen (Kejawen) dll.
Dalam sambutan sebelum pentas wayang dimulai, HNW mengungkapkan sejak kecil di kampung halamannya di Klaten, Jawa Tengah, dirinya oleh orangtua sudah dibiasakan dengan nonton wayang. “Sampai malam hingga menikmati Goro-Goro di mana para punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong menghibur para penonton”, ujar Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
“Karenanya kami tumbuh kembang dalam apresiasi terhadap budaya adiluhung bangsa seperti wayang, hingga hafal berbagai kisah yang ada dalam Kitab Mahabarata dan Ramayana”, imbuh alumni Pondok Pesantren Gontor kelahiran Prambanan Klaten itu.
HNW menyampaikan apresiasi dan selamat kepada KWN dan Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) yang terus bersemangat dan berjuang untuk melanjutkan dan melestarikan wayang; budaya bangsa yang adiluhung, mengharumkan nama Indonesia hingga diakui oleh UNESCO sbg warisan budaya dunia.
HNW juga mengapresiasi bahwa sekalipun ditengah arus globalisasi, bangsa Indonesia masih berkomitmen menjaga dan melestarikan wayang kulit, sebagai budaya unggulan, buktinya hadirnya dalang-dalang dari generasi milineal, dan banyaknya anak-anak yang ikut menyaksikan pagelaran wayang kulit, selain Pemerintah yang menetapkan adanya Hari Wayang nasional tanggal 6 November. “Ini semua patut didukung, apalagi banyaknya anak muda generasi milenial yang bukan hanya menggemari, tapi bahkan menjadi dalang dalam pertunjukan wayang kulit. Generasi muda ternyata tidak putus dengan budaya bangsanya. AlhamdulilLlah”tambahnya.
Pagelaran wayang kulit malam itu dikatakan oleh HNW sebagai bukti untuk menegaskan kembali komitmen mewujudkan cita-cita Presiden Soekarno dengan gotong royongnya, agar menjadi inspirasi dan berkontribusi menghadirkan Indonesia jaya raya, makmur berdaulat dan bermartabat.
Cita-cita tersebut dikatakan bisa tercapai karena kita mempunyai pegangan yang kokoh dan kuat, yaitu kecintaan pada kebudayaan bangsa seperti wayang. “Warisan budaya bangsa yang diakui oleh UNESCO ini penuh dengan prinsip2 ajaran positif kehidupan untuk hadirkan keutamaan”paparnya.
Lakon Bimo Bangkit menurut alumni Universitas Madinah Arab Saudi itu disebut sangat mengena dengan kondisi saat ini. “Lakon Bimo Bangkit itu menginspirasi dan mengajak kepada kita semua untuk berkontribusi dan berkolaborasi bangkit dari dampak2 covid, maupun dari kondisi lainnya untuk segera bisa menghadirkan cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa dan negara”tuturnya.
Di tahun politik seperti sekarang ini, pesan dan spirit dari lakon Bimo Bangkit diharap terus diperkuat, disosialisasikan, serta disebarluaskan bahkan dijadikan pegangan bagi para pemimpin bangsa, politisi, termasuk rakyat.
HNW berharap acara malam itu dapat diresapi oleh rakyat Indonesia seluruhnya, sehingga mereka ikut berperan serta membangkitkan Indonesia. “Dengan pagelaran wayang saat bangsa menyongsong Pemilu, diharapkan juga mampu menghadirkan dan menguatkan situasi dan laku politik yang berkebudayaan, agar hadir juga hasil Pemilu yang berbudaya luhur”harapnya.
Disampaikan oleh HNW kepada para penggemar wayang kulit bahwa MPR dalam Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, juga mempergunakan berbagai metode, salah satunya melalui budaya seperti pagelaran wayang. “Methode seperti ini akan saya usulkan agar kembali dapat dilakukan”, tegasnya. “Sehingga bisa menguatkan kesatupaduan warga bangsa, menjalankan kehidupan bernegara dengan mengapresiasi dan melestarikan budaya bangsa”pungkasnya.[]